TRIZ adalah akronim dari bahasa Rusia: Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch
(The Theory of Inventive Machine). TRIZ disusun berdasarkan pada ide
bahwa banyak masalah teknis mendasar yang dihadapi para insinyur sebenarnya
sudah pernah dipecahkan bahkan pada industri yang benar-benar berbeda, dalam
situasi yang benar-benar berbeda, yang menggunakan teknologi yang berbeda. Dengan
TRIZ akan dapat dilakukan inovasi secara sistematis, dan tidak perlu dilakukan trial and error. Para praktisi TRIZ
memiliki rating pengembangan produk baru yang tinggi, juga ide-ide yang
dipatenkan tentunya. Untuk memahami TRIZ
dengan baik, ada baiknya kita ketahui sejarah yang melatarbelakanginya.
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh
Genrikh Altshuller, seorang insinyur teknik mesin, penemu, dan investigator hak
paten angkatan laut Uni Sovyet. Setelah Perang Dunia ke II, Altshuller diberi tugas oleh pemerintah Uni Sovyet untuk studi mengenai hak paten di seluruh
dunia dan mencari strategi teknologi bagi Uni Soviet mengenai hal itu. Ia mencatat
bahwa beberapa prinsip yang sama telah digunakan berkali-kali oleh IV – 15 industri
yang sama sekali berbeda ( sering kali terpaut bertahun-tahun ) untuk memecahkan
masalah yang sama ( Ullmann, 1997 ). Altshuller menyusun ide bahwa penemuan
bisa diorganisasikan, dan dikumpulkan berdasarkan fungsi daripada sistem index
yang lazim pada saat itu.
Dari temuannya itu, Altshuller mulai mengembangkan
basis pengetahuan lanjutan, yang mengandung
banyak sekali temuan bidang fisika, kimia, dan efek geometri bersamaan dengan
dasar-dasar keteknikan, fenomena dan pola evolusi penemuan ilmiah. Sejak
1950-an, dia telah menerbitkan banyak buku dan artikel keteknikan dan mengajarkan TRIZ kepada ribuan
pelajar Uni Sovyet. Studi pendahuluan Altshuller pada akhir 1940-an berkisar
pada 400.000 paten. Hari ini jumlah
paten yang dikumpulkan mencapai 2,5 juta paten. Data yang sekian banyak telah
menuntun beragam metode TRIZ. Secara umum, Altshuller mengelompokkan pemecahan
permasalahan yang ada pada literatur paten ke dalam lima level :
Level 1 : solusi desain yang rutin melalui
metode yang telah diketahui pada permasalahan khusus. Kategori ini mencakup 30
persen dari total.
Level 2 : koreksi minor pada sistem yang sudah
ada dengan menggunakan metode yang telah ada di dalam industri. Mencakup 45
persen dari total.
Level 3 : perbaikan yang bersifat fundamental
terhadap sistem yang sudah ada yang menyelesaikan kontradiksi di industri. 20 persen dari total. Di sinilah
proses desain kreatif terjadi.
Level 4: solusi berdasarkan aplikasi prinsip
ilmiah yang baru untuk menjalankan fungsi utama desain. 4 persen dari total.
Level 5 : penemuan pioner berbasis penemuan
teknologi baru. Kurang dari 1 persen.
TRIZ ditujukan untuk memperbaiki design concepts
pada level 3 dan 4, dimana aplikasi langsung benda teknik praktis, tidak
menghasilkan hasil akhir yang diinginkan. Teknik kontradiksi konvensional mampu
memecahkan masalah trade-off, akan tetapi TRIZ bertujuan menghapus kebutuhan
terhadap kompromi. Karena TRIZ lebih terstruktur dari brainstorming dan teknik
kreatif lainnya, TRIZ mulai dapat diterima dan dipelajari di Amerika Serikat.
Pada metode TRIZ, semua permasalahan dibagi ke
mini-problem dan maxi problem. Mini-problem terjadi ketika kekurangan
berusaha diperbaiki atau dihilangkan tetapi sistem tetap tidak berubah. Maxi-problem
adalah problem yang timbul ketika sistem yang baru ditemukan berdasarkan
prinsip fungsi yang baru. Sistem conflict atau kontradiksi terjadi ketika usaha
untuk memperbaiki beberapa atribut sistem membawa ke arah yang lebih buruk pada
sistem yang lain. Konflik yang biasa terjadi adalah reliability vs complexity, productivity vs accuracy, strength vs
ductility, dan lain-lain ( Dieter, 2000 ). TRIZ berusaha menggunakan solusi
kreatif untuk menanggulangi konflik pada sistem. Untuk menyelesaikan konflik
itu, Altshuller menyusun 40 prinsip TRIZ sebagai berikut:


Tidak ada komentar:
Posting Komentar